Selasa, 17 Juni 2014

laporan praktikum pengenalan bahan makanan ternak

LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN MAKANAN TERNAK
DAN
FORMULASI RANSUM



Disusun Oleh  :
Nama    : Fauzi
NPM     : E1C012068
Kelas    : B
Dosen   : Ir. Hidayat, M.Sc
               Ir. Tris Akbarillah, MP
Ko-ass  : Desi Rustiani
               Meri Handayani






LABORATORIUM JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014


Kata Pengantar


Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat  Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan berkatnya sehingga kita para mahluknya masih bisa melihat dunia beserta segala ciptaanya yang sungguh maha dasyat ini. Tak lupa shalawat beriring salam tercurah kepada suri tauladan umat nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam jahiliyah ke alam yang penuh ilmu. Dengan segala kerendahan hati, penulis sajikan sebuah tulisan yang insyaallah dapat menjadi referensi ilmu dan bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Dalam Laporan Praktikum Mata Kuliaah Bahan Makanan Ternak dan Formulasi Ransum ini terdapat beberapa sumber informasi dan ilmu yang diperoleh dari hasil proses belajar baik di dalam perkuliahan maupun di dapat dari sumber lain. Laporan ini mencakup beberapa materi yang diberikan dalam MK Bahan Makanan Ternak Dan Formulasi Ransum dengan dilengkapi metoda serta pembahasannya.
Ahir kalam penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karrena itu penulis selalu menerima segala kritik dan saran yang membagun guna perbaikan tulisan ini kedapannya. Akhir kata penulis sampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya atas semua  pihak yang berperan dalam pengerjaan tulisan ini sehingga tulisan ini dapat selesai pada waktunya.



Bengkulu, 10 Mei 2014


           fauzi

 





Daftar Isi





Pendahuluan

Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak dan tidak beracun terhadap ternak tersebut.Mengenalibahan pakan adalah sebagai kewajiban bagi setiap mahasiswa yang berada di fakultas peternakan.
Pentingnya bahan pakan khususnya untuk ternak merupakan hal yang tidak bisa kita pungkiri untuk kita tidak mempelajarinya. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, menjadikan kebutuhan protein hewani juga meningkat. Peningkatan jumlahpenduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan lahan untuk perumahan. Hal ini menyebabkan luas lahan pertanian mengalami penurunan, yang berpengaruh pada ketersediaan hijauan sumber pakan ternak ruminansia dan bahan konsentrat.
Tingginya konsumsi ternak terhadap pakan membuat para peternak sapi,ayam,kambing maupun hewan ternak lainnya mencari alternative pakan selain hijauan dan dedak padi pada umumnya.Para peternak pada saat ini telah menambahkan protein,sumber energi,mineral,dan lain sebagainya. Tentu dengan berbagai jenis pakan yang ada disekitar kita baik dalam bentuk bungkil maupun limbah dari pertanian dan limbah dari pengolahan tempe dan tahu. Kebutuhan protein hewani yang kian meningkat, harus diikuti dengan peningkatan produksi tenak ruminansia sebagai salah satu sumber protein hewani, sebagai upaya untuk mencapai swasembada daging sapi 2014. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia diantaranya dengan perbaikan kualitas bibit ternak (secara genetik), peningkatan mutu pakan ternak, dan peningkatan kualitas kesehatan ternak.

Adapun tujuan dari pengenalan bahan pakan adalah mahasiswa dapat menjelaskan berbagai macama bahan pakan sumber energi, protein (hewani dan nabati), hijauan makanan ternak, vitamin, feedaditive, minerak, obat-obatan, dan bahan pemalsu pakan dan memformulasikan ransum dengan berbagai metode.
Sedangkan manfaatnya yaitu kita dapat lebih mengenal dan membedakan secara lebih spesifik antara berbagai macam bahan pakan ternak dan mampu menyusunnya menjadi ransum.


Tinjauan Pustaka


Lubis (2007), Hijauan makanan ternak bahan makanan yang berupa daun-daunan, kadang-kadang masih bercampur dengan batang, ranting, serta bunganya yang umumnya masih berasal dari tanaman sebangsa rumput (Graminea, Cyperaceae) atau daun kacang-kacangan (Leguminosae) atau jenis lainnya.
Urip Santoso (2003) menyatakan bahwa bentuk fisik bahan makanan dapat dibagi dalam 3 kelompok yaitu bahan makan butiran ( jagung, kacang-kacangan, sorgum ), bahan makan berbentuk tepung ( dedak halus, tepung ikan, tepung tulang ) dan bahan makan berbentuk cairan ( minyak ikan, minyak kelapa, molasses ).Dan pengelompokan iti dikelompokkan lagi kedalam bahan pakan sumber energi,protein,lemak,dan vitamin.Semua jenis bahan pakan untuk ternak tentulah sangat bermamafaat untuk ternak.
Sinurat (2000), Limbah pabrik kelapa sawit yang dapat dijadikan sebagai bahan pakan alternatif ternak unggas dan punya potensi yang besar adalah bungkil inti sawit (BIS) dan lumpur minyak sawit (Solid Decanter Waste = SDW).
Dr. Stephen Long (2004), yang telah lama menjadi peneliti tanaman, mengatakan adanya kemungkinan bahwa rumput gajah bisa menjadi salah satu opsi yang membantu untuk menggantikan bahan bakar minyak pada tahun 2030.
Menurut NH. Mon.eith,E.H (2000) hoult Zea mays merupakan salah satu biji-bijian yang sangat pentingdan secara geografis paling banyak ditanam karena jagung adalah sumber protei pada ternak.
Menurut Sarmono (2007), menyatakan bahwa ada beberapa bentuk pakan ayam buras yaitu tepung halus, tepung kasar, pellet, atau bijian yang utuh. Pakan tepung halus digunakan untuk fase starter, tepung kasar untuk fase grower, selanjutnya pakan ayam buras dewasa berbentuk pellet, biji utuh, atau tepung kasar.
Budi Harjho,(2003) mengatakan “Bahan-bahan sumber mineral kalsium yang sering ditambahkan kedalam pakan ternak untuk menambah kandungan nutrisi mineral kalsium antara lain:
a.       Tepung tulang
Tepung tulang yang diperoses ini mengandung kalsium 24% .dibeberpa pabrik makanan ternak mempergunakan tepung tulang yang tercampur dengan sisa-sisa daging atau limbah rumah potong. Sesuai dengan namanya maka tepung tulang ini digunakan untuk tambahan dan juga sebagai pelengkap untuk melengkapi kandungan nutrisi mineral kalsium pada pakan ternak.
b.      Tepung kerang
Tepung karang atau CaCO3 merupakan sumber kalsium yang baik mengandung kalsium 38% atau 98% kalsium karbonat, bila menggunakan tepung karang sebagai bahan makanan ternak sifatnya hanya sebagai pelengkap dan tidak harus di tambahkan tujuanya adalah untuk menambah nilai mineral kalsium pada pakan ternak.
c.       Garam
Garam dapur atau NaCl ini merupakan bahan alami yang di gunakan untuk melengkapi mineral-mineral lainnaya yang dibutuhkan oleh ternak, bila menggunakan garam sebagai tambahan makanan ternak maka tidak boleh lebih dari 0,25%. Disamping itu masih banyak lagi sumber mineral kalsium yang kini sudah tidak digunakan lagi karena sudah ada buatan pabrik seperti kapur makan, rock phosphate, dicalsiumphosfate, aragonite, dan gypsum.
E. Salamah (2006)dalam bukunya Ransum untuk ayam Kampung menyebutkan Bahan pakan nabati adalah bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Bahan pakan nabati ini umumnya mempunyai serat kasar tinggi, misalnya dedak dan daun-daunan yang suka dimakan oleh ayam buras.Disamping itu bahan pakan nabati banyak pula yang mem punyai kandungan protein tinggi seperti seperti bungkil kelapa.bungkil kedele dan bahan pakan asal kacang-kacangan. Dan tentu saja kaya akan energi seperti jagung. Berikut penjelasan skilas tentang bahan pakan tersebut.
Zardian utama,(2001) mengatakan Probiotik starbio adalah koloni bibit mikroba (berasal dari lambung sapi) yang dikemas dalam campuran tanah dan akar rumput serta daun-daun atau ranting-ranting yang dibusukkan, dalam koloni tersebut terdapat mikroba khusus yang memiliki fungsi yang berbeda, misalnya Cellumonas clostridium thermocellulosa (pencerna lemak), Agaricus dan Coprinus (pencerna lignin), serta Klebssiella dan Azozpirillum transiliensis (pencerna protein).Probiotik starbio merupakan probiotik anaerob penghasil enzim pemecah karbohidrat (selulosa, hemiselulosa, lignin) dan protein serta lemak. Manfaat starbio dalam ransum ternak adalah meningkatkan daya cerna, penyerapan zat nutrisi dan efisiensi penggunaan ransum. Starbio juga dapat menghilangkan bau kotoran ternak.
Keenan, C.W (1995), Leucaena leucocephala merupakan pohon kecil daun-daunnya hijau indah dan majemuk, biji-bijinya terdapat dalam polong.
Hanum, (2005) Kulit pisang mengandung kabohidrat cukup tinggi yaitu 18,50% sehingga dapat digunakan untuk pengganti sebagian jagung atau dedak dalam pakan. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu 68,90% dan karbohidrat sebesar 18,50%. padahal kulit pisang memiliki kandungan kabohidrat yang masih baik digunakan sebagai pengganti bahan pakan konvensional (jagung) untuk menekan biaya produksi. Kandungan zat makanan kulit pisang Ambon menurut Hanum(1989), kadar air 68,90%; pati 8,17%; serat kasar 12,66%. Kandungan protein kasar berkisar antara 6,52%.
Henni.J. k (2007) mengatakan Pelepah kelapa sawit telah lama kami manfaatkan menjadi pakan utama bagi sapi-sapi yang ada di peternakan kami,” ungkap pria yang akrab disapa Hen ini dengan lugas.Para peternak di Kelompok Ternak Maju Sejahtera yakin betul pelepah kelapa sawit memiliki dampak positif bagi pertumbuhan sapi-sapi mereka.Hen memiliki dua jenis sapi yang dipelihara saat ini, yaitu sapi Bali dan sapi Simmental.Sapi Bali merupakan sapi plasma nutfah Indonesia.  Sapi  ini merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos Banteng), jenis sapi yang unik, hingga saat ini masih hidup liar di Taman Nasional Bali Barat, Taman Nasional Baluran dan Taman Nasional Ujung Kulon. Sapi asli Indonesia ini sudah lama didomestikasi suku bangsa Bali di pulau Bali dan sekarang sudah tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Hermawati, (2003)mengatakan Pakan buatan yang mengandung tepung kulit pisang dengan kadar serat 30%, 50% dan 70% dapat diterima sebagai alternatif pakan ayam broiler untuk menghasilkan daging dengan kadar kolesterol rendah. Penggunaan tepung kulit pisang sebagai bahan pakan ayam broiler sebaiknya pada kadar 30% atau 50%. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, berat karkas, kolesterol daging menghasilkan nilai yang cukup baik. Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa pemberian pakan buatan yang mengandung tepung kulit pisang dapat menghasilkan daging ayam broiler dengan kadar kolesterol rendah.
Henk W. Hoogenkamp (2003),menuturkan dalam ”Asia Pacific Food Industry”, perusahaan pengolahan makanan dan daging di berbagai negara termasuk di Asia kini mulai berlomba memprogramkan penggunaan dedak padi stabilisasi sebagai bahan/ramuan kunci bagi optimalisasi kualitas produk mereka. Hasil-hasil penelitian di lembaga-lembaga penelitian dan universitas di Amerika Serikat, Eropa dan Asia (Thailand dan Pilipina) telah mengkonfirmasi kemampuan dedak padi stabilisasi mengikat air dengan intensitas yang tinggi untuk jangka waktu yang lebih panjang dibanding isolat protein kedelai pada tingkat penggunaan 4%.Dedak padi yang telah dikenal sebagai bahan untuk makanan suplemen dan fungsional, dalam bentuk terstabilisasi memiliki potensi untuk meningkatkan sifat fungsional dan stabilisasi emulsi daging dan daging giling kasar.
Suprapto dan Rasyid(2002), dalam penelitiannya mengatakan Pemanfaatan limbah merupakan salah satu alternative untuk menaikkan nilai ekonmi limbah tersebut.Pemanfaatan limbah pertanian diantaranya adalah tongkol jagung, yang selama ini hanya dijadikan sebagai pakan ternak atau hasil industri minyak jagung yang tidak diolah kembali menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Untuk itulah dalam penelitian ini akan dimanfaatkan limbah pertanian yaitu tongkol jagung sebagai penghasil glukosa, sehingga limbah ini dapat bermanfaat bagi penigkatan nilai tambah limbah pertanian. Seiring dengan kebutuhan jagung yang cukup tinggi, maka akan bertambah pula limbah yang dihasilkan dari industri pangan dan pakan berbahan baku jagung. Limbah yang dihasilkan diantaranya adalah tongkol jagung yang biasanya tidak dipergunakan lagi ataupun nilai ekonominya sangat rendah. Umumnya tongkol jagung dipergunakan sebagai pakan ternak sapi, ataupun di daerah pedesaan tongkol jagung ini dapat dimanfaatkan sebagai obat diare .
Garcia et al. (2004) mengamati bahwa kecernaan pakan yang mengandung sorghum dengan kandungan maupun tanpa kandungan tannin berbeda ketika dihadapkan dengan suhu lingkungan yang berbeda. koefisien kecernaannya lebih tinggi pada suhu lingkungan 32oC dibanding 25oC.
Suprapto dan rasyid,(2002)mengatakan bahwa Tanaman jagung termasuk jenis tanaman pangan yang diketahui banyak mengandung serat kasar dimana tersusun atas senyawa kompleks lignin, hemiselulose dan selulose (lignoselulose), dan masing-masing merupakan senyawa-senyawa yang potensial dapat dikonversi menjadi senyawa lain secara biologi. Tanaman jagung yang diambil khasiatnya adalah bagian buah ,tongkol, kulit dan menir jagun,semua itu berguna bagi pakan ternak. Selulose merupakan sumber karbon yang dapat digunakan mikroorganisme sebagai substrat  dalam proses fermentasi untuk mengahsilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Allen D. Tilman dkk (2003) menyatakan bahwa pemberian vitamin harus cukup tinggi untuk mencegah tanda-tanda defisiensi dan menghasilkan pertumbuhan maximum seperti pemberian vitamin A, B komplek yang dalam hal ini kebutuhan akan riboflavin akan dipengaruhi oleh takaran protein dalam makanan karena pemberian vitamin sangat penting untuk keperluan metabolisme KH tubuh.


Metodelogi

2.1 Alat dan Bahan

      ·         Alat
1.      Pensil
2.      Pena
3.      Kertas
4.      penggaris

·         Bahan


1.      Sampel dedak halus
2.      Sampel dedak kasar
3.      Sampel polat halus
4.      Sampel polat kasar
5.      Sampel shorgum
6.      Sampel milet/juat
7.      Sampel tapioka
8.      Sampel molases
9.      Sampel jagung butiran
10.  Sampel jagung ½ halis
11.  Sampel jagung halus
12.  Sampel pelet sapi
13.  Sampel pelet kambing
14.  Sampel UMMB (permen sapi)
15.  Sampel tepung kedelai
16.  Sampel bungkil inti sawit
17.  Sampel bungkil inti kelapa
18.  Sampel tepung ikan
19.  Sampel CGM
20.  Sampel meat bone meal
21.  Sampel konsetrat
22.  Sampel CaCO3
23.  Sampel tepung tulang
24.  Sampel garam
25.  Sampel urea
26.  Sampel mineral feed
27.  Sampel top mix




2.2 Cara Kerja

1.      Mengenali jenis sampel pakan dan mengetahui sumber, proses hingga spesifikasinya
2.      Mengelompokkan bahan pakan sebagai bahan sumber energi, protein, mineral atau vitamin
3.      Mengidentifikasi bahan pakan secara fisik yaitu bau, rasa dan warna.








BAB III
Hasil dan Pembahasan

3.1 Hasil dan Pembahasan

3.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Sampel Bahan Pakan

No
Bahan  pakan
Proses
Indikator
Energi
(Kkal)
PK
(%)
Warna
Bau
Rasa
Sumber Energi

1
Jagung Giling Kasar
Penggilingan
Kuning
Harum
Manis
3300
8
2
Jaagung giling halus
Penggilingan
Kuning
Harum
Manis
3300
12
3
Sorghum merah
Pipilan
Merah
Harum
Sepat
3400
10
4
Sorghum putih
Pipilan
Putih
Harum
Sepat
3100
10
5
Millet merah
Pipilan
Merah
Campah
Pahit
3100
10
6
Millet putih
Pipilan
Putih
Campah
Pahit
3400
10
7
Jowawut
Butiran
Putih
Campah
Pahit
3400
10
8
Mollasis
Pasta
Hitam
Kecap
Manis
2100
3-8
9
Dedak padi kasar
Penggilingan
Coklat
Dedak
Campah
2900
11,5
10
Dedak padi halus
Penggilingan
Ciklat
Dedak
Campah
2900
13
11
Tepung gaplek
Penggilingan
Putih
Harum
Manis
300
3
12
Tepung tapioka
Penggilingan
Putih
Harum
Campah
3050
12
13
Pollard kasar
Penggilingan
Coklat
Kayu
Sepat
3100
16
14
Pollard halus
Penggilingan
Coklat
Kayu
Sepat
4000
16
Sumber protein

15
Konsentrat ayam
Pencampuran
Coklat
Amis
Pahit
3500
34
16
Konsentrat itik
Pencampuran
Coklat
Amis
Asin
3300
34
17
T. daun lamtoro
Ekstraksi
Hijau
Teh
Pahit
-
24-30
18
Jerami
Di jemur
Coklat
Campah
Campah
1,9
5
19
Pelet 
Penggilingan
Ciklat
Amis
Sepat
-
-
Sumber mineral

20
Garam
Pengkristalan
Putih
Harum
Asin
-
-
21
Urea
Pengkristalan
Merah
Campah
Asin
25-28
-
22
Top mix
Penggilingan
Hitam
Apek
Sepat
-
-
23
Tepung tulang
Penggilingan
Putih
Amis
Asin
25,5
45-55
24
Minyak goreng
Penyulingan
Kuning
Harum
Sepat
8000
0
25
Mollases blok
Pemadatan
Hitam
Apek
Manis
2100
20

Jagung.Bahan ini “diharuskan” untuk digunakan pada ransum unggas komersial pada umumnya. Merupakan biji-bijian sumber energi dengan kadar protein yang rendah (lisin dan tritophan), rendah serat kasar dan mengandung energi yang tinggi; juga merupakan sumber Xantophil, provit-A, asam lemak. Kandungan PK 9,8%; rendahnya kualitas protein karena adanya “zein” (50% dari seluruh protein jagung) yang bersifat larut dalam alkohol. Penggunaan jagung dalam ransum harus ditambahkan sumber protein atau asam amino sintetik. Kadar lemak yang relatif tinggi menyebabkan tidak tahan disimpan lama. Komposisi zat makanannya dipengaruhi oleh varietas dan lingkungan penanamannya.
Dedak Padi. Sumber energy Memiliki serat kasar yang relatif sedikit besar,sehingga dapat di cerna ternak pada masa starter bisa mencapai 20% dan sedangkan untuk ayam broiler bisa di gunakan sebanyak 5%-20%.dedak di proses menjadi 2 bentuk. Yang  ke 1 dedak yang di proses menjadi dedak kasar dengan proses digiling menjadi kasar.dan yang ke2 dedak yang di proses menjadi dedak halus dengan proses digiling menjadi halus. Dari  proses tersebut bentuk dedak ada yai itu dedak halus dan dedak kasar. Bau pada dedak ialah apek karena berbauk tidak sedap. Warna  pada dedak adalah kuning baik ituh dedak halus maupun dedak kasar. Memiliki  PK 8%-13% dan memiliki energi sebesar 1900-2200 kalori baik itu dedak padi halus dan dedak padi kasar.
Dedak Halus. Dedak halus dibedakan antara dedak halus pabrik dan dedak halus kampung. Dedak halus kampung mengandung lebih banyak serat kasar dibandingkan dedak halus pabrik, serta kandungan proteinnya hanya 10,1 %, sedangkan dedak halus pabrik mengandung protein 13,6%. Sedangkan kandungan lemaknya tinggi, sekitar 13%, demikian juga serat kasarnya kurang lebih 12%. Oleh karena itu penggunaan dedak halus dalam pakan ayam buras sebaiknya tidak melebihi 45%. Bila beras yang sudah putih digiling kembali, maka akan didapatkan limbah berupa bekatul dengan kandungan proteinnya 10,8%, ini dapat juga digunakan sebagai bahan pakan ayam buras.
Pollard.Pada saat praktikum ada 2 jenis pollard yang di amati, jenis yang ke 1 pollard kasar dan yang ke 2 pollard halus.proses pembuatan pollard yaitu pada polard kasar.pollard di giling hingga sampai kasar yaitu tidak di lakukan pengilingan terlalu lama. Ke 2 pollard halus proses pembuatan di lakukan dengan cara di digiling  sampai halus. Bau pada Pollard berbeda pada pollard kasar memiliki aroma yang harum dan pada pollard halus memiliki aroma yang tengik.warna pada pollard halus dan kering adalah sama yaitu warna putih kecoklatan. Rasa pada pollard hambar atau tidak ada rasa. PK pada pollard yaitu 16% baik ituh pollard halus maupun kasar serta energi pollard kasar sebesar 3100 dan pollard halus 4000.
Tepung Gaplek. Penggunaan tepung gaplek dalam ransum tidak lebih dari 40%. Dalam bentuk mentah, singkong sebaiknya digunakan dalam tempo 24 jam setelah masa panennya. Lebih dari tempo itu maka nilai gizinya akan menurun (rusak). Selain umbinya, daun singkong juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ayam buras, baik dalam bentuk tepung ataupun dalam bentuk segar (sebagai hijauan). Tepung daun singkong ini dapat menggantikan kacang hijau dan kedelai sampai jumlah 8%.
Tepung Daun Lamtoro. Pemberian daun lamtoro mesti hati-hati karena daun lamtoro mengandung alkoloid yang beracun dengan nama mimosin. Pemberian tepung daun lamtoro dalam jumlah yang banyak akan mengakibatkan ayam berhenti bertelur. Karena itu, kendatipun kandungan protein daun lamtoro cukup tinggi (22,30%), dalam penggunaannya dianjurkan tidak melebihi dari 5% dalam pakan ayam.
Tepung Ikan. Tepung ikan merupakan bahan pakan yang sangat terkenal sebagai sumber protein yang tinggi. Tetapi perlu diketahui bahwa kandungan gizi tepung ikan ini berbeda, sesuai dengan jenis ikannya. Disamping jenis ikan, proses pengeringan ikan juga mempengaruhi kualitas tepung ikan tersebut. Ada beberapa macam proses pengeringan, yaitu pengeringan matahari, pengeringan vacum, pengeringan dengan uap panas dan pengeringan dengan pijar api sesaat. Pengeringan matahari merupakan proses termudah dan termurah, tetapi juga rendah kadar proteinnya. Tepung ikan lokal yang bersumber dari sisa industri ikan kalengan atau limbah tangkapan nelayan dan hanya dijemur dengan panas matahari mempunyai kandungan protein kasar hanya 51-55%. Selain sebagai sumber protein dengan asam amino yang baik, tepung ikan juga merupakan sumber mineral dan vitamin. Dengan kandungan gizi yang sangat baik ini maka tak heran bila harganyapun mahal. Oleh karena itu, untuk menekan harga ransum, pengguna tepung ikan dibatasi dibawah 8%.
Tepung Tulang. Tepung tulang digunakan sebagai sumber mineral. Tepung tulang umumnya mengandung Calcium antara 24 - 25% dan Phospor antara 12-15%. Karena sifatnya sebagai pelengkap, pemakaian tepung tulang hanya sedikit.
Vitamin. merupakan zat gizi yang berfungsi untuk pembentukan tulang, pertumbuhan serta memberikan daya tahan tubuh terhadap penyakit atau infeksi.
Mineral, merupakan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang tidak banyak tetapi sangat penting untuk pembentukan alat-alat tubuh antara lain untuk pembentukan tulang (Ca dan P). darah (zat besi/Fe) dan kerabang telur (Ca dan P).

3.1.2 Hasil Penyusunan Ransum Dengan Program Lindo

Susun formulasi ransum sebanyak 100 kg dengan menggunakan LINDO, kandungan protein kasar 17% dan kandungan ME 2800 kkal/kg dengan menggunakan bahan-bahan sebagai berikut:

No.
Nama Bahan

PK (%)
ME (kkal/kg)
1
Dedak padi
D
10
2200
2
Jagung giling
J
8
3300
3.
Tepung ikan
TI
55
2800
4
Bungkil kedelaai
KD
44
2800
5
Bungkil kelapa
KL
19
1900
6
Bungkil Inti Sawit
BS
18
1800
7
Minyak sawit
MS
0
6600
9
Mineral Mix
MM
0
0

Dengan ketentuan:
Dedak dipakai minimal 20%, maksimal 30%
Jagung dipakai maksimal 45%
Minyak dipakai maksimal 3%
Mineral Mix dipakai sebanyak 2%
Bungkil kedelai dipakai minimal 5%, maksimal 15%
Tepung ikan dipakai minimal 5%, maksimal 10%
Bungkil Inti sawit dipakai maksimal 5%
Bungkil kelapa dipakai maksimal 5%

MIN D+J+TI+KD+KL+BS+MS+MM
ST
D+J+TI+KD+KL+BS+MS+MM=1
0.1D+0.08J+0.55TI+0.44KD+0.19KL+0.18BS=0.17
2.2D+3.3J+2.8TI+2.8KD+1.9KL+1.8BS+6.6MS=2.8
D>=0.2
D<=0.3
J<=0.45
TI>=0.05
TI<=0.1
KD>=0.05
KD<=0.15
KL<=0.05
BS<=0.05
MS<=0.03
MM=0.02

Maka diperoleh hasil :
LP OPTIMUM FOUND AT STEP      9

       OBJECTIVE FUNCTION VALUE

       1)    1.00000000

 VARIABLE        VALUE          REDUCED COST
        D                    .300000           .000000
        J                     .384410           .000000
       TI                    .100000           .000000
       KD                  .093140           .000000
       KL                  .022450           .000000
       BS                   .050000           .000000
       MS                  .030000           .000000
       MM                 .020000           .000000


      ROW   SLACK OR SURPLUS     DUAL PRICES
       2)          .000000                             -1.000000
       3)          .000000                                 .000000
       4)          .000000                                 .000000
       5)          .100000                                 .000000
       6)          .000000                                 .000000
       7)          .065590                                 .000000


3.1.3 Tabel Hasil Penyusunan Ransum Dengan Metode Trial and Eror

Nama Bahan Pakan

PK (%)

ME
(kkal/kg)
Jumlah bahan
(kg)
PK
 (%)
ME
(kkal/kg) 
Bungkil kedelai
45
2900
10
4,5
290
Tepung Ikan
55
2900
7
3,85
203
Bungkil kelapa
20
1900
6
1,2
114
Bungkil inti sawit
18
1900
3
0,54
57
Tepung daun indigo
27
2100
1
0,27
21
Jagung kuning giling
8
3300
40
3,2
1320
Dedak Padi
10
2200
23
2,3
506
Sorghum
10
3100
3
0,3
93
Molases
0
2100
5
0
105
Minyak goreng
0
8000
2
0
160

100
16,16
2869
Rencana membuat ransum sebanyak
100
16
2900

Salah satu metode yang digunakan untuk menyusun ransum adalah metode trial and eror. Sesuai dengan namanya, aplikasi dari metode ini adalah dengan mencoba menghitung presentasi kuantitas ransum dengan menggunakan perkiraan (kira-kira). Metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan menggunakan metode trial and eror kita bisa memperkirakan bahan pakan yang akan digunakan dengan memperhatikan harga pakan tersebut. Dalam arti lain, dengan metode ini kita bisa menghemab biaya pakan apabila ada salah satu bahan pakan mengalami kenaikan harga dan men-subtitusinya dengan bahan lain yang lebih murah. Selain itu metode ini mengasah kemampuan wawasan kita tentang bahan pakan dari mulai jenis, harga dan kandungan nutrisinya. Namun kelamahan dari metode ini adalah kadang kala membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi ternak, karna sekali lagi pakan bukan hanya untuk membuat ternak kenyang namun juga bagaimana caranya pakan yang kita berikan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternak baik kebutuhan untuk hidup pokok maupun produksi.



BAB IV

Penutup

4.1 Kesimpulan

            Dari praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh kesimpulan bahwa setiap bahan pakan memiliki kandungan nutrisi yang berbeda sesuai dengan jenis pakannya. Pakan harus memiliki kandungan nutrisi standar seperti protein, karbohidrat dan lemak dan energi. Dengan mengetahui kandungan nutrisi bahan pakan, mahasiswa dapat menyusun ransum sesuai dengan kebutuhan nutrisi ternak dengan menggunakan beberapa metode seperti metode bujur sangkar, metode trial and error dan menggunakan program komputer.



Daftar Pustaka


Anggorodi. 1991. Ilmu Bahan Pakan Ternak Umum. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Budiarsana, I.G.M. & Haryanto, B. 1998. Analisis ekonomi prnggemukan sapi PO dengan pemberian pakan mengandung by-pass protein. Dalam Seminar nasional Peternakan dan Veteriner, hal. 749-757 (I.W. Mathius, A.P. Sinurat, I. Inounu, Abubakar, N.D. Purwantari, I.K. Sutama & E.Handiwirawan, Editor). Pusat Penelitian Peternakan, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
Hartadi, H. Reksohadiprodjio, S., dan Tillman, A.D. 1997. Tabel komposisi pakan untuk Indonesia. Gajah Mada University Press, Bulaksumur, Yogyakarta.
Hidayat. Tris Akbarillah.2011. Bahan Makanan Ternak dan Formulasi Ransum. Lab Nutrisi dan Makanan Ternak. Jurusan Peternakan. UNIB. Bengkulu.
Nuschati, Ulin.Teknologi Formulasi Ransum. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta




Lampiran


Penyusunan ransum dengan program lindo
Hasil